Pages

Kamis, 03 Maret 2011

keajaiban tsunami aceh

Sampai 45 hari pasca bencana (8 Februari 2005 –pen.), sedikitnya 112.000 jenazah korban Tsunami sudah ditemukan dan dikuburkan. Diperkirakan masih banyak jenazah yang belum ditemukan, baik yang ada di bawah reruntuhan, gedung, rumah, atau terendam rawa-rawa.
Selain Satkorlak Nasional, FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) sangat giat mengirim relawan untuk melakukan evakuasi jenazah. Sejak bencana, FPI telah mengirim 1.300 anggotanya. Mereka bertugas secara bergiliran. Setiap hari rata-rata terdapat 600 relawan FPI yang mencari jenazah korban di seluruh wilayah Aceh. Dalam sehari mereka bisa menemukan 100 hingga 300 jenazah.
Sekjen FPI, Husni Harahap, mengemukakan alasan di balik pengiriman relawan evakuasi ke Aceh. “Alasan kita terus mencari mayat, karena menyelesaikan jenazah hukumnya fardu kifayah. Kita yakin orang yang mati tenggelam adalah syahid. Kita tidak mau membiarkan orang mati syahid, dibiarkan begitu saja. Di Aceh ini masih banyak mayat dengan kondisi rusak, bahkan ada yang dimakan anjing. Itu tidak bisa kita biarkan, maka FPI terus berusaha mencari mayat-mayat disini.”
Proses evakuasi jenazah merupakan pekerjaan yang berat. Selain jumlah jenazah yang dicari begitu banyak, medan yang harus dilalui para relawan juga sangat berat. Bisa dikatakan, tingkat kesulitan yang dihadapi relawan sama sulitnya antara hari pertama pasca bencana dengan hari ke-45. Namun para relawan itu seperti tidak kenal lelah. Setiap hari mereka mencari, mengais-ngais di antara reruntuhan, untuk kemudian mengangkat dan menguburkan jenazah-jenazah di tempat yang sudah disediakan. Mereka tidak dibayar. Bahkan mereka datang ke Aceh dengan ongkos sendiri, setiap hari makan dengan uang sendiri.
Di balik tugas besar mengevakuasi jenazah-jenazah korban bencana, lalu menguburkannya secara layak, muncul begitu banyak keajaban-keajaiban. Hal itu diakui oleh berbagai pihak yang melakukan proses evakuasi, baik dari relawan FPI, SAR Nasional dan pihak-pihak lain. Di bawah ini beberapa contoh keajaiban tersebut, yaitu sebagai berikut:
[1] Pengalaman Heru, seorang relawan FPI dari Jakarta ketika mengevakuasi jenazah di daerah Lampeuk, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar. Ketika itu evakuasi sudah memasuki minggu ke-3. Heru bersama rekan-rekan sedang mengangkat mayat-jenazah yang masih berserakan. Disana dia menemukan satu jenazah yang masih utuh, padahal setelah minggu ke-3, jenazah-jenazah lain sudah rusak. Jenazah itu terlihat masih berusia muda dan ia menebarkan aroma harum. “Saat mengangkat mayat itu, kita semua tertegun. Biasanya, mayat-mayat yang lain saat diangkat baunya menusuk hidung. Tapi mayat yang satu ini, malah harum. Saya yakin, Allah telah menjaga jenazah itu,” kenang Heru.
[2] Relawan lain bernama Agus, dia memiliki pengalaman berbeda. Suatu hari dia menemukan jenazah bertubuh besar. Seharusnya jenazah itu berat, tapi ketika diangkat ia terasa ringan. Agus sempat berpandangan dengan rekan-rekannya. Mereka mengaku jenazah itu ringan sekali. “Apakah mungkin tertolong oleh amalannya yang banyak, sehingga mayatnya ringan,” tanya Agus. Di lain waktu dia mendapatkan jenazah bertubuh kurus, tapi beratnya bukan main.
[3] Relawan lain bernama Kurnia. Suatu hari Kurnia mengangkat jenazah seorang ibu yang terjepit pohon. Setelah memotong pohon itu dengan susah payah, akhirnya jenazah bisa diangkat. Setelah kejadian itu dia bermimpi aneh. “Malamnya, saya bermimpi orang itu hadir. Dia tersenyum dan melambaikan tangannya. Sepertinya orang itu mengucapkan terima kasih,” kata Kurnia.
[4] Pengalaman-pengalaman lain dialami Muhammad Iqbal, relawan dari Tim SAR Nasional. Di hari ke-3 setelah bencana, Iqbal turun mencari jenazah di Lhoknga, Aceh Besar. Disana dia menemukan jenazah seorang ibu yang sedang memeluk anaknya. Mereka tertimbun pohon besar, rambut anaknya tergulung kawat, kaki ibunya terjepit pohon. Karena pohon sulit diangkat, kaki ibu itu dipotong, begitupun dengan rambut anaknya. Setelah itu jenazah kedua korban, berikut potongan tubuhnya dimasukkan ke dalam kantong jenazah. Kantong jenazah itu kemudian dinaikkan ke dalam truk untuk dikirim ke tempat pemakaman massal. Sebelum dimakamkan, semua jenazah biasanya difoto terlebih dahulu. Subhanallah, ketika kantong jenazah berisi ibu dan anak itu dibuka, posisi kedua jenazah kembali seperti semula ketika pertama ditemukan oleh Tim SAR. Mereka berpelukan, seperti saat ditemukan. Lalu bagian kaki sang ibu yang dipotong, seperti terpasang lagi, alias menyambung. “Kita semua benar-benar terperanjat. Tapi itulah keagungan dari Yang Maha Kuasa,” kata Muhammad Iqbal yang juga kehilangan banyak keluarganya.
[5] Dalam kejadian lain, Muhammad Iqbal bersama timnya masuk ke Leupung, Aceh Besar. Di daerah itu diperkirakan terdapat 12.000 orang meninggal akibat Tsunami. Ketika itu Iqbal mencari jenazah di antara reruntuhan bangunan. Disana dia menemukan jenazah seorang ustadz. Kepastian bahwa ia seorang ustadz diperoleh dari keterangan warga setempat yang selamat. Ketika ditemukan, jenazah itu masih utuh, padahal ia tergeletak hampir sebulan. “Luar biasa sekali, karena dari sekian ribu mayat yang kita temukan setelah 20 hari bencana berlalu, mayat-mayat itu sudah membusuk dan hancur. Tapi ini, benar-benar utuh. Saya yakin, Allah telah menjaganya,” kata Iqbal yang pernah ikut latihan khusus SAR saat di Akedemi Perhubungan.
[6] Pengalaman lain dari Kanda, rekan Muhammad Iqbal di Tim SAR Nasional. Di hari ke-5 pasca bencana, Kanda sudah turun ikut melakukan evakuasi jenazah. Ketika itu Kanda menempuh perjalanan sejauh 4 kilometer, sambil berjalan kaki. Kebetulan dia dan teman-temannya kehabisan bekal makanan dan minuman. Dalam situasi normal, apalagi kondisi Aceh saat itu sangat terik, Kanda dan teman-temannya bisa mengalami dehidrasi (kekurangan cairan dalam tubuh –pen.). Ketika sudah berjalan jauh dan kehausan, tiba-tiba Kanda menemukan buah kelapa yang datang entah dari mana. Dari buah kelapa itulah, Kanda, Muhammad Iqbal, dan rekan-rekan relawan bisa mengobati haus dan laparnya. Mereka pun bisa berjalan lagi sepanjang 3 km. Mereka bisa kuat berjalan, padahal ketika itu mereka sambil menggotong jenazah yang sudah ditemukan.
Para relawan pencari jenazah korban Tsunami itu patut diberi penghargaan. Tanpa mereka, sulit rasanya Aceh bisa seperti sekarang, relatif lebih bersih dan ribuan jenazah sudah dikuburkan. Wajar jika Menko Kesra Alwi Sihab, selaku wakil Pemerintah, secara khusus memberi ucapan terima-kasih kepada mereka. “Saya salut dan ucapkan terima kasih kepada para relawan,” kata Alwi saat ikut evakuasi jenazah di Kedah, Kota Banda Aceh.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger